DUTA LOMBOK "MENGINFORMASIKAN DESTINASI WISATA DI LOMBOK" AYO WISATA KE LOMBOK AYO WISATA KE LOMBOK

Jumat, 10 Januari 2014

SEJARAH KERAJAAN SELAPARANG


Salah satu kerajaan besar yang pernah ada di lombok adalah kerajaan Selaparang. Pada masa lampau, Kerajaan ini berpusat di Selaparang Lombok Timur. Kerajaan yang dulu pernah besar ini, pada masa kejayaannya dipimpin oleh seorang raja yang jumawa dan punya wawasan luas yaitu Prabu Rangkesari.  Kerajaan selaparang Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang.
Munculnya kerjaan-kerajaan di Lombok berawal dari expedisi Mpu Nala pada tahun 1343 di bawah perintah kerajaan Majapahit. Expedisi ini merupakan  pelaksanaan dari Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada. Setelah Mpu Nala melaksanakan tugasnya, lalu kemudian pada tahun 1352 Gajah Mada turun sendiri melanjutkan expedisinya ke Lombok.
Ekspedisi ini khususnya di  Lombok, meninggalkan bekas berupa empat kerajaan yang memiliki hubungan persaudaraan, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah, dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Tidak hanya meninggalkan jejak kerajaan besar atau kerajaan utama, tapi expedisi ini juga meninggalkan jejak kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Namun, setelah Majapahit runtuh, Semua keajaan ini selanjutnya menjadi wilayah/kerajaan yang bebas dan merdeka.
Kerajaan Lombok merupakan kerajaan yang terkenal dan terkemuka di antara semua kerajaan yang ada. Kerajaan ini berpusat di Labuhan Lombok. Kerajaan ini berada di teluk Lombok dengan sumber air tawar yang sangat banyak dan bagus,selain itu teluk ini sangat indah dipandang, sehingga banyak pedagang yang tertarik untuk berkunjung ke kerajaan Lombok. Kondisi ini juga yang membuat para pedagang dari berbagai kerajaan di Nusantara datang untuk berkunjung, seperti pedagang dari Sulawesi, Gresik, Palembang dan dari Banten. Ini kemudian memberikan kontribusi yang sangat menggembirakan bagi kerajaan Lombok. Sehingga kondisi ekonomi rakyatnya semakin meningkat.
Prabu Rangkeswari merupakan raja dari kerajaan Lombok. Dibawah kepemimpinannya, sang prabu membuat sebuah kebijakan besar yaitu memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang. Pemindahan pusat kerajaan ini diambil karena usul dari Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda. letak Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh, inilah alasan pemindahan pusat kerajaan ini. Letak dan pososo kerajaan sebelumnya memang tidak menguntungkan, karena akan musuh akan mudah masuk dan menyerang lewat berbagai penjuru.

panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan, inilah suasana di pusat kerajaan yang baru ini,  Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui. Di belakang kerajaan, bukit-bukit dibuat menjadi area persawahan dan ditata dengan rapi bertingkat-tingkat hingga menembus hutan Lemor yang kaya akan sumber air.

Kejayaan Kerajaan Selaparang
Pemindahan pusat kerajaan membawa suasana dan kondisi membaik bagi kerajaan dan rakyatnya. Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang. Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang kemudian banyak melahirkan manusia-manusia sebagai khazanah warisan tradisional masyarakat Lombok sampai hari ini. Dengan dipindahkannya pusat kerajaan, maka kerajaan Lombok berubah nama menjadi Kerajaan Selaparang, sebutan ini lama kelamaan menjadi sebutan akrab dikalangan kerajaan dan rakyat. Yang semakin membaik ini, membuat kerajaan selaparang semakin besar dan tangguh. Selain memperbaiki kondisi kerajaan dan rakyatnya, Selaparang juga memperkuat laskarnya, baik di darat maupun di laut.
pada tahun 1520 Kerajaan Selaparang di serang oleh kerajaan Gelgel dari Bali. Penyerangan ini berawal dari ketidaksenangan Gelgel melihat perkembangan kerajaan Selaparang yang kian pesat. Kerajaan Gelgel menganggap dirinya merupakan pewaris Majapahit. Kerajaan Gelgel mengerahkan pasukannya untuk menyerang Selaparang. Namun, kerajaan Selaparang tidak tinggal diam melihat tingkah kerajaaan Gelgel yang Sombong. Kerajaan Selaparang melawan serangan Gelgel dengan sekuagt tenaga dan serangan tersebut mampu dipatahkan dan Gelgel mengalami kegagalan. Kejayaan Selaparang kiat melejit sampai ke penjuru Nusantara.
Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan yang kian pesat dan tambah perkasa. Tidak berhenti disitu, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat. Seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi, putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di Sumbawa menjadi Sulthan Selaparang yang memerintah seluruh wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.
Sekitar tahu 1667-1668 Masehi, Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki dan menjajah wilayahnya. Sebelum terjadi peperangan laut, daerah kekuasaan kerajaan Selaparang yaitu Pulau Sumbawa mampu direbut oleh Belanda. Daerah ini lebih dulu dikuasai karena  sebelum peperangan laut itu, Sumbawa sudah ditundukkan. Mungkin akan berbeda ceritanya kalau sebelum peperangan laut, Belanda jangan coba-coba mau menguasai daerah selaparang.  Tidak hanya itu, laskar laut Selaparang juga pernah mematahkan serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat. sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi, Selaparang pernah dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel. Kedua serangan Gelgel tersebut mampu dipatahkan sehingga banyak tentara Gelgel didi tangkap dan di tawan.
Tidak mau mengalami kekalahan lagi, kerajaan Gelgel memutar otak mengatur strategi yang cerdik untuk memerangi dan menguasai kerajaan selaparang. Akhirnya kerajaan Gelgel punya strategi yang cerdik, yaitu  memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan sisi barat Lombok yang subur.
Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangga, yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari bagian barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Pulau Bali) secara bergelombang, dan selanjutnya mendirikan koloni di kawasan Kota Mataram sekarang ini. Kekuatan itu kemudian secara berangsur-angsur tumbuh berkembang sehingga menjelma menjadi kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri sekitar tahun 1622 Masehi. Kerajaan ini berdiri lima tahun setelah serangan laut pertama Kerajaan Gelgel dari Bali Utara atau dua tahun sebelum serangan ke dua yang dapat ditumpas oleh laskar Kerajaan Selaparang.
Belajar dari kegagalan serangan pada 1520, juga menempuh strategi baru dengan mengirim Dangkiang Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa singkretisme Hindu-Islam.  Tidak berselang lama strategi ini dilancarkan, banyak para pimpinan agama dan tokoh masyarakat Lombok yang belum lama memeluk Islam terpengaruh. Namun di tengah perjalannya, kerajaan Gelgel mengalami stagnasi dan kelemahan dimana-mana. Kerajaan Hindu hindu menuai masalah internal yang cukup berpengaruh sehingga niat untuk menguasai Selaparang terhenti.



Runtuhnya Kerajaan Di Lombok
Setelah VOC menguasai jalur perdagangan di utara, kerajaan Gowa gusar. Karena tidak mau memberikan peluang lagi kepada Belanda, Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Gowa juga melakukan ekspansi dan mampu menguasai Flores Barat dengan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk membendung misi kristenisasi menuju ke barat.
Gelgel yang mulai bangkit tidak senang dengan ekspansi Gowa ini. Gowa dihadapkan pada posisi dilematis, mereka khawatir Belanda memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui perjanjian Saganing pada tahun 1624, yang isinya antara lain Gelgel tidak akan bekerja sama dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang, yang dianggap halaman belakang Gelgel.
Sepeninggal Dalem Sagining yang digantikan oleh Dalem Pemayun Anom kesepakatan tersebut mengalami perubahan, terjadi terjadi polarisasi yang semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda berhasil mendekati Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai raja muda, semacam gubernur mewakili Gowa, berkedudukan di bagian bara pulau Sumbawa.
Dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin Gowa melakukan perlawanan keras terhadap Belanda, perak tidak terelakkan. Hingga akhirnya pada tahun 1667, Gow harus menerima perjanjian Bungaya. Dari pertempuran anatara Gowa dan Belanda, Gelgel berusaha memanfaatkan situasi dengan mengirimkan ekspedisi langsung ke pusat pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal. Perjanjian Bungaya adalah sebuah wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel di Klungkung yang menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda.
Walaupun Kerajaan Selaparang mampu mengalahkan serangan kerajaan Gelgel, petani liar dari Karang Asem (Bali) yang mendirikan koloni dan menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Kerajaan ini muncul pada tahun 1622, embrio kekuatan ini sebenarnya sudah ada sejak permulaan abad ke 15.
Bahaya yang paling besar dan ditakuti muncul secara tiba-tiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda. Ini merupakan ancaman utama. Ekspansi militer belanda sangat membahayakan. Akhirnya, karena terlalu fokus pada ancaman utama ini, Selaparang mengabaikan kekuatan Gelgel, karena Gelgel selalu mampu dikalahkan. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi kekuatan kerarajaan kecil tersebut, maka dibawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa,  Kerajaan Selaparang hanya menempatkan laskarnya berjumlah kecil. 
Namun, di internal Kerajaan Selaparang ditengarai ada masalah yang cukup serius yaitu perbedaan pandangan antara Raja dan salah seorang tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan yang bernama Arya Banjar Getas soal posisi pasti perbatasan antara wilayah Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.  Dari perselisihan paham tersebut, akhirnya Arya Banjar Getas beserta pengikutnya meninggalkan Selaparang bergabung dengan Kerajaan Pejanggik, Raden  Arya Banjar Getas juga mampu mengajak Kerajaan Pejanggik untuk ikut serta dan bergabung dalam ekspedisi tentara Kerajaan Mataram Karang Asem (Bali) yang sudah berhasil mendarat di Lombok Barat. Hingga pada tahun 1672 kerajaan Selaparang berhasil ditaklukkan setelah menerima ekspedisi militer Arya Banjar Getas, Pejanggik dengan pihak Kerajaan Mataram Karang Asem. Kerajaan Selaparang dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawana, pusat kerajaan selaparang hancur rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.
Empat belas tahun setelah membumihanguskan Selaparang, Kerajaan  Pejanggik juga dibumihanguskan oleh Keerajaan Mataram Karang Asem pada tahun 1686. Tidak hanya kerajaan Pejanggik, kerajaan Mataram juga meluluh lanttakkan kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Lombok. Kerajaan Mataram menguasai seluruh penjuru Lombok.

3 komentar: